Berbicara soal pendidikan tidak hanya seputar kegiatan akademik di kelas saja. Salah satunya adalah kegiatan konferensi. Aku sebagai mahasiswi mengenal istilah konferensi sejak mengikuti organisasi Society of Petroleum Engineers di Universitas Gadjah Mada. Pada saat itu aku menjadi panitia atau Student Volunteer saja sudah senang sekali. Ya, bahagia itu sederhana. Dimulai dengan keikutsertaan di organisasi, aku menjadi memiliki pandangan yang luas dan banyak teman tentunya. Salah satu quote dari Rory Asyari yang aku suka, "Bergaul dengan orang-orang keren fisik yang didapat hanya kesan. Bergaul dengan orang-orang keren ilmu yang didapat pengalaman dan value".
Saat menjalani kuliah S-2, aku bertemu dengan salah satu alumni yang sangat cerdas dan baik. Beliau adalah Rosmalia Dita Nugraheni. Mbak Dita, begitulah panggilan akrabnya. Aku dan Mbak Dita merupakan teman satu kelas yang kemudian menjadi partner dalam menulis paper. Mbak Dita banyak mengajariku bagaimana menulis paper yang baik karena memang pengalamannya jangan diragukan lagi. Terima kasih, Mbak Dita. Paper pertama kami pun diterima di AAPG International Conference and Exhibition 2012 di Singapore dan PIT IAGI ke-41 di Yogyakarta. Berbekal pengalaman tersebut, aku menjadi tertantang untuk menulis paper kembali dan mempublikasikannya.
Saat sedang riset tesis di Hokkaido University, aku memiliki Sensei (sebutan untuk dosen di Jepang) yang sangat baik dan mendukung aku untuk menulis paper. Paper-ku kali ini merupakan hasil riset tesis S-2. Aku mencoba peruntungan dengan mengirimkan abstract ke Internationa Technology Technology Conference 2014 di Kuala Lumpur. IPTC-KL 2014 ini merupakan salah satu ajang konferensi yang berkualitas dan tentunya akan memiliki reviewer yang ok. Kira-kira beginilah abstract yang membawa keberuntungan tersebut.
Setelah menunggu pengumuman sekitar 3 bulan, akhirnya abstract-ku diterima IPTC-KL 2014. Itu artinya aku dapat mempublikasikan karya tesis di konferensi yang sangat bergengsi. Perasaan senang plus bangga menjadi satu. Aku langsung mengabari dosen-dosen pembimbing baik UGM maupun Hokkaido University. Respon positif pun aku dapatkan. Secara umum, mereka semua sangat mendukung salah satu projek besarku. Walaupun kadang ada perasaan takut mengenai biaya yang terus menghantui, aku tetap berusaha berpikir positif. Maklum saja, presentasi tersebut akan diadakan di Kuala Lumpur Convention Center yang pastinya akan membutuhkan biaya yang tidak sedikit untuk pergi ke Malaysia. Perasaan takut itu aku kubur dengan keyakinan bahwa aku pasti bisa berangkat atas ridho-Nya. Aku terus menulis paper tersebut dengan beberapa kali revisi sampai pada waktu deadline pengumpulan extended abstract berjalan dengan lancar.
Setelah pengumpulan tersebut, aku berada pada fase galau biaya. Maklum saja, saat konferensi di IPTC aku baru saja wisuda S-2. Aku masih berjuang sebagai jobseeker. Dengan kata lain aku tidak ada pendapatan pribadi untuk mendukung pergi ke Malaysia. Aku hampir putus asa tapi aku tidak tinggal diam. Aku mencoba berkomunikasi dengan dosen pembimbingku di UGM melalui e-mail. Aku berkata jujur apa adanya. Dan Alhamdulillah respon positif aku dapatkan. Seketika itu juga dosenku membalas e-mail yang kukirimkan. "Berapa biaya yang kamu butuhkan? Saya akan support untuk kamu presentasi di IPTC. Saya minta nomor rekening kamu ya. Nuwun", ujar Pak Sugeng di emailnya. Sontak aku pun kaget. Aku langsung mengucapka syukur yang tidak ada henti-hentinya. Rasanya pengen sekali loncat-loncat. Alhamdulillah.
Aku mulai mencari tiket pesawat ke Kuala Lumpur dan memesan penginapan yang tentunya memiliki harga yang miring. Maklum saja, uang pas-pas-an. Terkadang ada perasaan khawatir, apakah aku bisa bertahan selama 4 hari 4 malam di Kuala Lumpur dengan uang yang seadanya? Tapi sekali lagi, aku terus meyakinkan diri ini bahwa " Saat kamu memiliki niat yang baik, Allah SWT akan membantumu lewat perantara apapun". Singkat cerita, akhirnya aku berangkat ke Malaysia.
Sesampainya di Malaysia, aku tidak begitu kaget dengan culture di sana. Rumpun Indonesia dan Malaysia yang masih memiliki kesamaan membuat saya merasa seperti di negara sendiri. Tidak seperti saat aku riset di Jepang. Aku sangat merasakan shock culture. Di Malaysia didominasi oleh muslim dan tentunya itu sangat memudahkan aku mencari makanan halal. Aku menginap di salah satu penginapan di Bukit Bintang. Tidak begitu jauh untuk sampai ke lokasi konferensi yang notabene berada di Kuala Lumpur Convention Center (KLCC). Terdapat beberapa alternatif kendaraan sebagai sarana transportasi di Malaysia, namun aku lebih memilih untuk mengunakan monorail.
Salah satu daya tarik pemandangan di Bukit Bintang.
e-Poster Presentation
Keesokan harinya aku bergegas untuk datang lebih pagi ke acara konferensi walaupun sesuai jadwal IPTC, aku akan presentasi pada pukul 17.30-18.00 waktu Kuala Lumpur. Tidak hanya konferensi yang menjadi daya tarik, kegiatan pameran perusahaan minyak dan gas (oil and gas exhibition) pun menjadi salah satu destinasi yang wajib dikunjungi. Apalagi saat itu aku masih menjadi jobseeker sehingga informasi mengenai profil perusahaan sangat aku perlukan. Keseluruhan acara IPTC dibuka dengan "Opening Ceremony". Secara objektif, acara tersebut sangat memuaskan jika dibandingkan dengan konferensi bertaraf internasional yang pernah kukunjungi. Baik professional maupun student, semuanya bergabung menjadi satu. Saat di dalam ruangan tersebut aku melihat banyak orang di sekelilingku yang menjadi orang-orang hebat di perusahaan migas. "Semoga suatu hari aku bisa menjadi bagian dari mereka", celetukku dalam hati.
Opening Ceremony di IPTC-KL 2014
Setelah acara pembukaan, pertarungan pun dimulai. Ada perasaan deg-deg-seer sesaat sebelum presentasiku dimulai. "Yaelah Ran, ini kan tesis kamu. Santai aja keleeus", aku meyakinkan dalam hati. Kali ini skema presentasi agak berbeda bila dibandingkan dengan konferensi-konferensi yang pernah aku ikuti sebelumnya walaupun bentuk presentasinya sama yaitu kategori poster. Di IPTC kategori poster dinamakan dengan e-Poster Presentation dimana setiap presenter diberikan satu layar monitor untuk mempresentasikan hasil penelitiannya. Beginilah kira-kira suasana konferensi kategori e-Poster Presentation di IPTC-KL 2014.
Suasana e-Poster Presentation di IPTC-KL 2014
Sejak pukul 16.00 sesaat setelah kategori poster presentation dimulai, banyak orang yang berlalu-lalang sambil melihat dan bertanya pada presenter. Waktu menunjukan pukul 17.30, presentasiku pun dimulai. Pada saat itu terdapat beberapa profesional yang datang ke station-ku. Mereka memintaku untuk mempresentasikan hasil penelitianku. Mereka tampak sekali memperhatikan dan mendengarkanku sambil bertanya-tanya mengenai hasilnya. Aku pun menjawab dengan antusias karena salah satu tujuan untuk mempublikasikan penelitian ini adalah untuk mendapatkan masukan dari profesional migas yang konsentrasi di bidang diagenesis batupasir sesuai tema penelitianku. Hal yang paling berkesan saat berdiskusi dengan profesional migas adalah ketika Mr. Jeane dari Total France memperkenalkan diri. Kemudian beliau meminta aku mempresentasikan kembali karyaku, aku pun dengan senang hati presentasi di depannya. Luas Biasa! Itulah hal yang bisa aku gambarkan bagaimana senangnya hatiku. Sungguh pengalaman mahal yang tidak akan pernah dilupakan olehku karena dapat berdiskusi dengan diagenesis expert yang notabene berasal dari perusahaan Total France. Beliau banyak memberikan masukan mengenai penelitianku. Satu hal yang aku catat ketika berdiskusi dengan profesional adalah mereka tidak pernah menyalahkan teoriku yang salah. Justru mereka lebih senang untuk memberi masukan tanpa ada kata-kata yang menyudutkanku sebagai penulis. Padahal aku pun menyadari bahwa ilmu mereka jauh lebih tinggi dibandingkanku tapi mereka dengan rendah hati memberikan masukannya. Lesson Learned!
Saat presentasi ePoster Session dan berdiskusi dengan Mr.Jeane Total France di IPTC-KL 2014
Mengikuti konferensi yang bertaraf internasional itu banyak sekali keuntungannya. Salah satunya kita dapat jalan-jalan di kota dimana tempat konferensi itu diadakan. Kebetulan acara ini di Kuala Lumpur, aku tidak lupa untuk mengabadikan foto Menara Kembar PETRONAS. Ini merupakan salah satu icon bagi negara Malaysia. Tetiba aku teringat semua perkataanku sehabis pulang dari Hokkaido University, Japan. Aku berkata, "Sehabis dari Jepang, aku ingin ke Malaysia untuk presentasi di IPTC". Saat itu aku masih menunggu pengumuman penerimaan abstract di IPTC. Aku membayangkan berdiri di bawah Menara Kembar PETRONAS dan berfoto di sana. Mimpi itu menjadi kenyataan. Alhamdulillah. Aku memang bukan berasal dari keluarga kaya raya yang dengan mudah pergi melancong ke luar negeri. Aku memiliki prinsip bahwa saat menjadi mahasiswi aku harus ke luar negeri dengan misi pendidikan atau kegiatan akademik. Alhamdulillah Allah SWT memeluk semua doaku. Aku pernah berkunjung ke Singapore pada tahun 2012, Thailand pada tahun 2013, Jepang pada tahun 2013-2014, dan terakhir Malaysia. Keseluruhannya aku lakukan karena kegiatan akademik.
Menara Kembar PETRONAS di Kuala Lumpur
Aku tidak pernah takut untuk bermimpi. Aku tidak pernah takut untuk gagal karena itu semua adalah modal mental yang aku tanam untuk menjadi pribadi yang tangguh. Sebelum abstract-ku diterima IPTC, aku sempat merasakan ditolak AAPG ICE 2014 di Turki. Satu hal yang jangan pernah kita lupakan adalah keyakinan terhadap diri sendiri dan Allah SWT. Pantang menyerah dan berdoa yang tiada henti.
Salam Semangat,
Rani