Hello Readers !
Kemarin tgl.3 November 2012, iseng-iseng saya ikut lomba menulis cerita inspiratif yang diambil dari kisah nyata. Nama lomba tersebut adalah Cipta Karya Inspiratif Gama Raya 2012. Entah, saat itu langsung terinspirasi untuk menulis tentang kisah hidup sendiri selama di UGM. Menang atau tidak, semoga karyaku dan kisahku dapat menginspirasi banyak mahasiswa di Indonesia untuk bisa menggapai cita-citanya.
Selamat Menikmati ! :)
*********************************************************************************
Masih jelas dalam
ingatan, ketika itu tahun 2007 saya duduk di bangku SMA kelas 3. Sebagai siswi
kelas 3 SMA yang ingin melanjutkan ke Perguruan Tinggi Negeri, tentunya saya
telah memiliki cita-cita untuk kuliah dimana dan jurusan apa. Ya, pada saat itu
saya bercita-cita menjadi seorang Sarjana Teknik. Saya besar di kota Cimahi,
sehingga Perguruan Tinggi Negeri yang saya gandrungi adalah Institut Teknologi
Bandung (ITB). Sejak duduk di bangku Sekolah Dasar, saya sudah bercita-cita
untuk kuliah di ITB. Alasannya karena saat itu saya melihat adek ayah saya yang
menjadi Insinyur Pertambangan.
Rumah
kami terjual
Waktu terus berjalan. Tidak
ada yang tahu apa yang akan terjadi di depan sana. Begitu juga dengan
keluargaku. Harta, kekayaan, dan kedudukan hanya milik Allah SWT. Ayahku adalah
seorang pensiunan Pertamina. Beliau memutuskan untuk pensiun dini pada tahun
1995 karena mengalami kebosanan bekerja selama 32 tahun di Pertamina yang
notabene sering bertugas di hutan untuk eksplorasi minyak bumi. Sejak itulah,
kami sekeluarga pindah ke kota Cimahi, kampung halaman ayahku. Setelah pensiun,
ayahku mulai berwirausaha di bidang transportasi. Perkembangan usaha ayahku
sangat baik, bahkan saat itu mobil transportasi miliknya bertambah. Tetapi
tidak ada yang tahu apa yang akan terjadi di depan sana. Mulai memasuki bangku
SMA, usaha ayahku mulai merosot. Satu persatu mobil transportasi ayahku di jual
untuk memenuhi kebutuhan pendidikan kami bertiga. Ya, saya adalah anak ketiga
dari 3 bersaudara. Saat itu, kakakku yang pertama sedang kuliah di salah satu
perguruan tinggi swasta di Bandung. Sedangkan kakakku yang kedua sedang duduk
di bangku SMA. Memang saat itu kebutuhan akan pendidikan sangat tinggi dan
kedua orangtuaku tidak mau kami putus sekolah di tengah jalan. Mereka tidak
peduli jika harta habis untuk menyekolahkan kami. Hal yang sangat meyedihkan
ketika itu kami semua dikumpulkan oleh ayahku di ruang keluarga. Di sana beliau
menceritakan semuanya. Kedua orang tuaku sudah sepakat untuk menjual rumah.
Rumah yang selama ini kami tempati. Rumah yang dibangun dari hasil kerja keras
ayahku di Pertamina. Bukan hal yang mudah untuk menerima itu semua. Pikiranku
agak kacau karena hal itu. Terkadang aku ingin menghentikan cita-citaku untuk
melanjutkan pendidikan ke jenjang perkuliahan. Tetapi orang tuaku selalu
melarang hal itu. Mereka selalu menyemangatiku untuk selalu fokus dengan apa
yang menjadi tugasku sekarang. Singkat cerita rumah kami terjual saat saya
harus menghadapi ujian masuk PTN. Sedih rasanya untuk mengalami ini semua.
Jujur saat itu pikiranku menjadi tidak fokus dengan apa yang sedang dihadapi.
Kacau.
Gagal
masuk ITB
Sebulan
setelahnya pengumuman ujian masuk PTN telah ada. Saat itu saya sedang bersama
keluargaku dan salah satu sahabat menelepon. Dia berkata bahwa pengumuman ujian
masuk PTN sudah ada. Saya meminta sahabat saya untuk melihatkan nomor ujianku
apakah lulus atau tidak. Saat itu saya memilih Teknik Perminyakan ITB dan
Teknik Geologi ITB. Allah SWT berkata lain. Saya tidak lulus ujian masuk PTN.
Hati saya hancur, sedih, seketika itu pun saya langsung menangis dihadapan
kedua orang tuaku. Gagal, ya saya gagal untuk melanjutkan pendidikan ke PTN.
Banyak yang tidak menyangka jika saya gagal ujian masuk PTN. Di SMA saya selalu
masuk peringkat tiga besar. Bahkan saat duduk di kelas 2 SMA saya juara 2
Olimpiade Fisika Tingkat Kabupaten dan Finalis Olimpiade Fisika Provinsi. Semua
guru saya tidak percaya. Tetapi mereka terus menyemangati saya lewat pesan
singkat karena saya tidak ingin bertemu siapa-siapa. Saat itu yang ada di dalam
pikiran saya bahwa kedua orang tuaku telah menjual rumahnya untuk kuliah saya
dan sekarang saya gagal untuk mewujudkan impian itu. Sakit sekali rasanya.
Tidak
berhenti di situ. Setelah gagal ujian masuk ITB kemudian saya mencoba tes
beasiswa kuliah di P.T Siemens Indonesia. Informasi saya peroleh dari salah
satu sepupu ibuku. Lokasi tes berada di Kota Cilegon. Ayah saya menemaniku
untuk tes tersebut. Beruntung kami memiliki saudara di kota tersebut sehingga
kami sangat dibantu untuk akomodasi di sana. Pagi harinya tes berlangsung dan
sore hari pengumuman untuk beasiswa tersebut telah ada. Saya gagal lagi. Ya,
gagal lagi dan lagi. Entah saya semakin pesimis dengan hidup saya saat itu.
Saya merasa menjadi orang yang terbodoh di dunia, merasa sangat tidak berguna
untuk keluarga saat itu. Pikiranku kacau dan hatiku hancur. Gagal untuk
kesekian kalinya membuatku pesimis untuk melanjutkan pendidikan di perguruan
tinggi. Orang tua saya memberikan kebebasan untuk memilih apakah ingin
melanjutkan kuliah di swasta atau menunggu satu tahun untuk mencoba ujian masuk
PTN di tahun mendatang. Saya berdoa dan meyakinkan diri bahwa saya memilih
pilihan yang kedua. Ya, saya akan menunggu satu tahun untuk mencoba tes ujian
masuk PTN di tahun mendatang. Singkat cerita, satu tahun lamanya saya menunggu
untuk tes tersebut. Saya menghilang dari peredaran teman-teman. Saya dan
keluarga pindah ke Kebumen. Di sana orang tua saya membangun rumah apa adanya
dengan uang yang tersisa. Selama satu tahun tersebut saya mengisi waktu dengan
ikut bimbingan belajar intensif, renang, dan les Bahasa Inggris. Begitulah
rutinitas saya sehari-hari. Semangat saya membara untuk bisa menembus ujian
masuk PTN. Saat itu saya menggantungkan cita-cita pada UGM untuk melanjutkan
pendidikan. Entah, saya menjadi alergi terhadap ITB. Mungkin karena saya telah
gagal menembus PTN tersebut. Setiap hari saya latihan soal ujian masuk PTN.
Beribu-ribu soal saya habiskan. Tidak hanya itu, dengan kegagalan tersebut saya
semakin dekat dengan-Nya.
Lulus
Ujian Masuk UGM
Waktu terus berjalan.
Tak terasa sudah memasuki tahun 2008. Pada bulan Maret 2008, saya tes UM UGM.
Kali ini saya ditemani oleh ibu karena ayahku baru saja terkena serangan
jantung. Antara sedih meninggalkan ayah saya yang sendirian di rumah dan harus
tes ujian masuk UGM. Tetapi kali ini tekad saya bulat. Saya ingin membuktikan
pada dunia bahwa saya bisa. Saya mempunyai kualitas. Saya ingin membuat bangga
kedua orang tuaku. Dengan percaya diri saya ditemani ibu pergi ke Yogyakarta
dengan menggunakan bis. Sesampainya di sana kami bermalam di penginapan UGM.
Alhamdulillah, lokasi tes tidak jauh dari penginapan saya. Pagi itu, dengan
percaya diri saya melangkah ke lokasi tes. Sebelumnya saya meminta doa restu
sambil mencium tangan ibu. Sambil matanya berkaca-kaca, ibuku berkata, “Mbak Rani yang tenang ya ngerjain soalnya.
InsyaAllah ibu berdoa semoga Mbak Rani lulus UGM. Nanti ibu sholat dhuha di
Masjid Kampus.” Seketika itu pun saya menjadi sangat semangat. Saya yang
notabene sedikit cengeng, saat itu sempat meneteskan air mata. Bel berbunyi dan
saya pun masuk kelas. Dengan tenang saya mengerjakan soal UM UGM. Siang hari
tes tesebut selesai. Saya dan ibuku kembali pulang ke Kebumen dengan menaiki
bis.
Sebulan
kemudian pengumuman UM UGM. Selama sebulan menunggu pengumuman saya
memperkirakan apakah saya lulus atau tidak dengan cara mencocokkan hasil
jawaban saya dengan kunci jawaban yang ada. Malam itu adalah malam pengumuman
UM UGM. Tepat jam 22.00 WIB saya memutuskan untuk mengirimkan pesan singkat
untuk mengetahui hasil pengumuman tersebut. Secepat kilat, pesan singkatku pun
langsung dibalas dengan operator. Saat itu saya sedang sendirian di kamar dan
kedua orang tuaku sudah tertidur. Saya membuka pesan singkat tersebut dengan
tangan yang gemetaran. Seketika itu pun saya membaca “Selamat anda lulus UM UGM 2008-2009 dengan prodi Jurusan Teknik Geologi”.
Luar biasa bahagianya saya, saya menangis tak terbendung. Sambil jerit-jerit
saya membangunkan kedua orang tuaku. Saat itu mereka terbangun dan langsung
memelukku erat sambil berucap, “Selamat
ya, Nak”. Senang luar biasa. Saya sangat bersyukur dan pengorbanan selama
ini tidak sia-sia. Saya semakin yakin dengan kebesaran-Nya. Allah SWT mempunyai
jalannya tersendiri untuk menjadikan umat-Nya kuat dan tangguh dalam menjalani
hidup. Ternyata UGM-lah yang terbaik untukku.
Perjuangan
4 tahun di Tekni Geologi UGM
Hambatan
tidak berhenti sampai di situ. Tahun 2008 tepatnya bulan Agustus saya memulai
perkuliahan pertama di Teknik Geologi UGM. Berbagai mahasiswa/i dari seluruh
propinsi di Indonesia dengan latar belakang sosial dan ekonomi berkumpul di
sini. Mulai dari Pulau Sumatra, Kalimantan, Papua, bahkan dari luar negeri pun
ada yaitu Timor Leste. Harus bisa survive.
Itulah yang menjadi prinsip saya. Walaupun berangkat dari keluarga sederhana
dan prihatin, saya harus dapat membuktikan bahwa saya bisa menyelesaikan studi
di UGM. Ekonomi orang tua yang semakin merosot, mengharuskan ayahku untuk
bekerja lagi. Tidak mungkin hanya mengandalkan uang sisa rumah kami yang
terjual. Kemudian ayahku bekerja seadanya di perusahaan milik sepupu ibuku.
Saat itu ayahku berumur 61 tahun dan sudah memiliki sakit jantung. Sebenarnya
saya tidak tega untuk membiarkan ayah saya untuk bekerja lagi. Tetapi keadaan yang
mengharuskan ini semua. Sedangkan kakak kedua saya sudah bekerja, namun dia pun
harus memenuhi kebutuhannya sendiri. Selain itu kakak saya juga melanjutkan
kuliah ke jenjang S1 dengan uangnya sendiri. Pagi sampai siang dia bekerja,
namun malam harinya dia harus kuliah. Sehingga dengan kebutuhannya yang seperti
itu, kakakku tidak bisa membantu keseluruhan kebutuhan kuliahku. Maka dari itu,
ayahku harus bekerja lagi.
Jangan
putus asa. Itu yang selalu ayahku bilang sesaat setelah meneleponku. Beliau
selalu berpesan bahwa orang hidup ada yang mengatur dan harus percaya itu. Jika
ada keinginan, ada usaha, dan doa, pasti ada jalan. Allah SWT tidak pernah
tidur. Saya pun tidak hanya berdiam diri. Saya mencari beasiswa yang dapat membantu
untuk meringankan beban finansial saya. Saat itu saya mendaftar beasiswa PPA
dan Alhamdulillahnya saya mendapatkan beasiswa tersebut. Setiap enam bulan
sekali saya menerima uang tunai dari UGM. Uang tersebut saya gunakan untuk
membayar BOP sehingga ayah saya cukup membayar SPP saja.
Kebutuhan
kuliah sangat besar. Benar kata orang bahwa biaya kuliah itu besar. Saya
merasakannya secara langsung. Mungkin untuk teman-teman yang berasal dari
keluarga yang mampu, tidak pernah terpikirkan tentang itu semua. Karena ketika
uang mereka habis, tinggal telepon orang tuanya, seketika itu pun uang akan
ditransfer. Tetapi tidak untuk saya. Saya selalu khawatir setiap ada pengumuman
untuk bayar ini, bayar itu. Takut jika saya dan orang tua saya tidak bisa
membayar. Tetapi sekali lagi saya sangat yakin bahwa rejeki itu sudah ada yang
mengatur.
Diangkat
menjadi asisten
Prestasi saya sangat
baik di Teknik Geologi UGM. IPK saya cumlaude
untuk tahun pertama. Memasuki tahun kedua, tepatnya di semester 3 seorang dosen
di laboratorium Bahan Galian memanggil saya. Ketika itu beliau mengajak saya
untuk menjadi asisten praktikum di mata kuliahnya. Di jurusan kami, syarat
untuk menjadi asisten praktikum harus menyelesaikan kuliah lapangan. Sedangkan
saya, belum kuliah lapangan tetapi sudah diajak untuk menjadi asisten
praktikum. Sungguh itu salah satu prestasi saya saat itu. Hal yang paling
menyenangkan dari kejadian tersebut adalah dosen mempercayai saya untuk bisa
menjadi asisten. Dosen percaya bahwa saya bisa. Bukan uang yang saya cari
karena honor sebagai asisten tidaklah besar. Cukup untuk memenuhi kebutuhan
saya yang kecil-kecil.
Memasuki liburan
semester di tingkat kedua, saya dan teman-teman Teknik Geologi angkatan 2008
harus menjalani kuliah lapangan. Saya mendapatkan kapling pemetaan di Boyolali.
Bukan biaya yang kecil untuk menjalani kuliah lapangan tersebut. Hambatan
finansial datang kembali. Saya sudah khawatir jika tidak bisa mengikuti kuliah
lapangan ini. Akhirnya kedua orang tuaku memutuskan untuk meminjam uang di
perusahaanya untuk bisa memenuhi kebutuhan kuliahku. Setiap bulan mereka
menyicil untuk membayar hutang tersebut. Tidak sia-sia, saya menjalani kuliah
lapangan tersebut dengan sangat serius. Saya memetakan kapling Boyolali seluas
4 km x 5 km selama 2 minggu. Allah SWT Maha Adil, saya yang tidak memiliki
kendaraan tetapi tetap bisa menyelesaikan tugas lapangan tersebut. Dengan
bantuan temanku (Reza dan Didit), saya bisa menuntaskan pemetaan dengan baik.
Dua bulan waktu yang dihabiskan untuk analisa, pembuatan peta geologi, dan
laporan akhir. Alhamdulillah saya mendapatkan nilai A untuk kuliah lapangan
ini. Keyakinan saya terus bertambah. Saya semakin yakin bahwa Allah SWT Maha
Besar. Dia selalu mendengar doa umat-Nya yang sungguh-sungguh.
Beasiswa
Society of Petroleum Engineer (SPE) Java
Section 2011
Tidak terasa saya telah
menjalani dua tahun kuliah di Teknik Geologi UGM. Setelah menjalani kuliah
lapangan, saya memasuki semester kelima. Sebagai mahasiswi di Teknik Geologi
UGM, kegiatan saya tidak hanya kuliah-pulang-kuliah-pulang. Sejak semester 3
saya telah terdaftar sebagai asisten praktikum Mata Kuliah Kristalografi dan
Mineralogi di Lab. Bahan Galian dan menjadi pengurus aktif salah satu
organisasi internasional di jurusan saya, SPE (Society of Petroleum Engineer) Student Chapter UGM. Organisasi ini berkecimpung di bidang
energi di dunia. Saya senang memiliki banyak kegiatan, bertukar pikiran
mengenai bidang energi dengan teman-teman dari jurusan Geofisika dan Teknik
kimia. Sesuai cita-cita, setelah lulus saya ingin bekerja di Pertamina untuk
menggantikan ayah saya.
Di SPE, tidak hanya
belajar untuk membuat suatu acara, tidak hanya berdiskusi tentang energi di
dunia, tetapi saya juga banyak mengikuti kompetisi berupa cerdas cermat se-Asia
Pasifik yang saya ikuti misalnya saja Petrobowl
2011 di Jakarta dan OGIP (Oil and Gas
Intelectual Parade) 2011 di UPN Yogyakarta. Semua hal itu karena saya
manjadi pengurus aktif di SPE Student
Capter UGM. Tidak hanya berhenti sampai di situ, manfaat sebagai mahasiswa
yang aktif di organisasi pun saya peroleh di SPE SC UGM. Setiap tahun SPE Java Section selalu memberikan beasiswa
sebesar Rp 5.000.000,- untuk para mahasiswa yang aktif di SPE. Saat itu saya
mendaftar sebagai peserta. Syarat untuk mendaftar beasiswa tersebut, setiap
mahasiswa harus memiliki IPK di atas 3,25 dan harus membuat suatu karya tulis
sesuai tema terkait. Saat itu saya membuat karya tulis menggunakan energi yang
terbarukan yaitu Energi Panas Bumi (Geothermal).
Setelah seleksi administrasi, saya harus mempresentasikan hasil karya tulis
saya di depan juri beasiswa tersebut. Pada saat itu saya diwawancarai oleh
Bapak Teddy Komarudin dari Pertamina EP. Di sana saya diwawancarai mengenai
kuliah, cita-cita, dan keluarga. Pengalaman yang luar biasa. Dua minggu setelah
wawancara tersebut adalah pengumuman penerima beasiswa. Alhamdulillah dari
sekian banyak peserta, saya menerima beasiswa SPE Java Section 2011. Saya
diajak makan siang bersama pejabat-pejabat perusahaan perminyakan, Presiden SPE
Java Section dan pengurus profesional, di Hotel Mulia, Jakarta. Selain itu, di
sana saya juga bertemu dengan penerima beasiswa tersebut yang berasal dari ITB,
UI, Universitas Trisakti, dan UPN Yogyakarta. Sungguh moment indah yang tidak pernah saya bayangkan sebelumnya.
Skripsi
dan Beasiswa S2 Program Fasttrack
Dikti
Semester
7 pun telah datang. Saat itu dipikiran saya adalah bagaimana caranya lulus
cepat sehingga dapat membahagiakan kedua orang tua. Sebagai mahasiswi tingkat
akhir, saya harus mengemban tugas mulia, Skripsi. Tema skripsi pun telah saya
tentukan sejak berada di bangku semester 6. Tetapi Allah SWT mempunya rencana
lain. Pada semester 7 tersebut saya mendapatkan beasiswa S2 Program Fasttrack Dikti. Program Fasttrack adalah program akselerasi dari
S1 ke S2. Jadi ketika di semester 7 di S1, saya pun telah menjalani semester 1
di S2 sekaligus menyelesaikan skripsi S1. Beasiswa tersebut mengharuskan saya
untuk lulus 4 tahun di bulan Agustus 2012 pada program Sarjana, karena mulai
bulan September 2012 saya sudah harus memulai mengerjakan tesis untuk S2.
Seluruh mata kuliah S2 saya habiskan di tahun pertama. Di saat sibuk menjalani
skripsi S1 di semester 8 dan kuliah semester 2 di S2, saya mewakilkan UGM untuk
mengikuti Olimpiade Geologi Indonesia 2012 selama 1 minggu. Bersama keempat
teman saya, kami berjuang untuk bisa mempertahankan gelar juara Olimpiade
Geologi Indonesia. Bukan hal yang mudah, karena Teknik Geologi UGM ketiga
kalinya telah mempertahankan gelar juara 1 mulai dari tahun 2006, 2008, dan
2010. Saat itu saya dan tim berjuang keras untuk itu. Berkat doa dan usaha, tim
UGM dapat mempertahankan gelar Juara 1 Olimpiade Geologi Indonesia 2012. Luar
biasa sangat bangga.
Sarjana
Teknik di tangan
Setelah
lomba tersebut saya semakin semangat untuk menyelesaikan skripsi. Alhamdulillah
akhirnya pada bulan Agustus saya sidang pendadaran. Sarjana Teknik pun saya
genggam. Dengan perasaan terharu, bangga, bahagia semua campur jadi satu saya
keluar dari ruang sidang dengan nilai A. Semua terasa sangat membahagiakan.
Ketika itu saya mengabarkan kedua orang tua melalui telepon dan suara tangisan
terdengar dari ibuku. Mereka menyampaikan rasa bangganya kepada saya.
Kebahagiaan
tidak berhenti sampai di situ. Karya tulis hasil penelitian skripsi saya
diterima di International Conference and
Exhibition 2012 di Singapore.
Ketika itu saya membuka email dan
saya membaca “Congratulation your
abstrack paper is reveceid in ICE 2012. You get a sponsorship for
transportation and accomodation in Singapore”. Setelah membaca email tersebut air mata tak terbendung. Saya
menangis terharu. Tidak pernah saya bayangkan, anak orang sederhana seperti
saya dapat pergi ke luar negeri untuk mempresentasikan hasil penelitian skripsi
dan yang paling membahagiakan saya mendapatkan sponsor penuh dari pihak
penyelenggara yaitu AAPG (Association
American of Petroleum Geologist). Setelah sidang pendadaran, pada bulan
September saya pergi ke Singapore
untuk presentasi. Pengalaman yang sungguh luar biasa. Untuk pertama kalinya
saya naik pesawat ke Singapore dan tinggal di negeri orang selama 1 minggu. Sungguh Allah
SWT Maha Berkuasa.
Buah kegagalanku di tahun 2007. Buah perjuangan selama
4 tahun di Teknik Geologi UGM. Buah perjuangan yang tulus orang
tuaku. Semuanya saya dapatkan karena kerja keras, tidak pernah putus asa dengan
keterbatasan, dan yang paling penting doa yang tiada henti kepada-Nya. Kini saya
paham bahwa di balik setiap kegagalan sebenarnya ada pesan diam-diam yang disampaikan Allah SWT pada kita. Namun, kita belum menyadari pesan itu sebelum melewatinya. Jadi jangan merasa kecewa, sedih, dan putus asa saat kita mengalami kegagalan. Allah SWT mungkin tengah membelokkan langkah kita ke jalan yang lebih nyaman dan membahagiakan kita. Teruslah berpikiran
positif terhadap apa yang menjadi keputusan-Nya. Karena Allah SWT tidak pernah salah. Dia selalu
memiliki rencana yang indah dan terbaik untuk umat-Nya. Terima kasih Ya Allah atas kasih sayang-Mu.
terharu, semangat kamu adalah inspirasiku...
BalasHapusaku selalu bangga punya teman sepertimu Rani :)
Abaaaang, halooo! Long time no see. Anyway apakabarnya bang?
BalasHapusAlhamdulillah kalo menginspirasi hehe :)))
Ya Allah mbk, anda begitu semangat dalam menjalani hidup. sangat menginspirasi...
BalasHapusSuatu saat nanti saya ingin melakukan apa yang mbk tuliskan, insha Allah...
ketika saya membacanya, menangis berkaca-kaca see....sebab perjuangan pendidikan saya juga sama pengalaman denga Mba. apalagi Orang tua saya sudah m,eninggal sejak saya di bangku SD sejak tahun 1999.
BalasHapusMungkin saya di posisi sedang gagal sekarang mbak. Mau kuliah s2 gak ada modal. Fikiran jadi buntu, kerja di kantor juga bukan minat saya. Saya hanya nyaman dan cinta di dunia pendidikan
BalasHapusMungkin saya di posisi sedang gagal sekarang mbak. Mau kuliah s2 gak ada modal. Fikiran jadi buntu, kerja di kantor juga bukan minat saya. Saya hanya nyaman dan cinta di dunia pendidikan
BalasHapussubhanallah, sangat menginspirasi kak. btw sekarang kakak kerja dimana???
BalasHapusSangat menginspirasi ka
BalasHapuswahh SUBHANALLAH... perjuangan yang sangt luar biasa
BalasHapussukses ya buat kk rani
Luar biasa sangat menginspirasi sekali, ternyata saat mengikuti OGI di UNPAD lagi S2 toh, mantap sekali Rani
BalasHapusLuar biasa kakak pengalamannya benar2 menginspirasi, membuktikan bahwa tidak ada yang dapat menghalangi doa, ketekunan dan kerja keras seseorang :)
BalasHapusSubhanallah...anakku jg sekarang kuluah di tehnik geologi semoga bisa seberuntung mbak Rani. Aamiin....
BalasHapusSekarang kerja dimana mbak....??!!
BalasHapusMenginspirasi sekali. Saya ingin kuliah di geologi, tpi takut gagal SNMPTN
BalasHapusSelamat atas keberhasilannya mba🙏🏻 saya sampai nangis terharu bacanya.. kebetulan saya juga ingin skeali masuk teknik geologi UGM, semoga saya bisa jadi penerus mba Rani :')
BalasHapus