Pengertian
Batubara
Batubara
adalah batuan yang bisa terbakar, mengandung lebih dari 50% (berat) material
karbonan, terbentuk dari pemampatan berbagai jenis sisa tumbuhan dalam waktu
yang lama. Pembentukan gambut merupakan tahap awal terbentuknya
batubara. Gambut dapat terbentuk jika memiliki kondisi
lingkungan yang kandungan oksigennya terbatas, tingkat keasaman, dan kehadiran
mikroba.
Pembentukan
Gambut
Dalam konteks ilmiah
geologi batubara, tempat/lahan basah atau ekosistem dimana gambut terakumulasi disebut sebagai suatu mire. Suatu mire
dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah evolusi flora, iklim, dan
posisi geografis / struktur daerah. Jenis dan perkembangan mire dibedakan
berdasarkan genesa dan suplainya. Berdasarkan genesanya, jenis dan perkembangan
mire dibagi menjadi 2, yaitu :
·
paludification
(swamping) : pembentukan mire di atas tanah berhutan, padang,
basement, dan lain-lain oleh karena adanya proses autogenik atau perubahan
iklim.
·
Terrestrialization
: pembentukan mire dengan pengisian material organik pada tubuh air, misalnya
dengan adanya ekstensi tumbuhan di pinggir danau.
Sedangkan berdasarkan
suplainya, tipe dan perkembangan mire dibagi menjadi dua, yaitu:
·
Ombrotrophic
: suplai nutrien untuk tumbuhan hanya berasal dari air hujan. Gambut yang
terbentuk pada kondisi ombrotrophic disebut ombrogenous.
·
Mineratrophic
(Rheotrophic) : suplai nutrien berasal dari mineral
dalam tanah atau batuan, bisa juga berasal dari aliran air sungai / danau.
Gambut yang terbentuk pada kondisi ini disebut topogeneous.
Suatu
gambut dapat tumbuh dengan baik jika memiliki lingkungan pengendapan yang
sesuai dengan karakteristik dari penyusun gambut tersebut. Deposit gambut terbentuk dengan baik pada
daerah yang mengalami penurunan cekungan. Suatu endapan gambut
dapat terbentuk dengan tebal jika memiliki beberapa persyaratan di bawah ini :
· Air tanah naik secara perlahan, sehingga
muka air selalu konstan mengikuti posisi permukaan deposit gambut. Jika muka air naik terlalu cepat (misal oleh
karena penurunan cekungan/subsidence
yang cepat atau pada daerah paralik, gambut akan tenggelam dan sedimen limnik
atau laut akan terdeposisi. Sebaliknya jika penurunan cekungan terlalu lambat
(jauh lebih lambat dari pembentukan gambut) maka gambut akan rusak karena
teroksidasi dan tererosi.
· Mire terlindungi dari adanya
penggenangan (banjir) oleh air sungai atau laut yang cukup besar dan lama.
· Tidak ada interupsi oleh deposisi sedimen
fluviatil.
Pengendapan Batubara Beserta Fasiesnya
Pada
batubara sendiri memiliki beberapa lingkungan pengendapan yang memungkinkan
untuk terbentuknya suatu batubara. Secara umum lingkungan pembentuk batubara dapat dibedakan menjadi 2
kelompok yaitu
a. lingkungan paralik atau marginal marine (daerah pesisir) dan
b. lingkungan limnik atau air tawar.
Pada lingkungan paralik atau marginal marine, terdapat beberapa
sub-lingkungan dimana batubara umum terbentuk, yaitu pada:
- estuarin, lagun dan teluk: pada lingkungan ini terjadi deposisi
sedimen klastik dan material organik dari marsh/swamp (paya/rawa) di sekitarnya serta kontribusi alga in situ.
Estuari
- Crevasse
Splay
Limpasan material sedimen di gabian delta dari distributary. Bentukan
gambutanya seperti meliuk-liuk.
Crevasse Splay
- coastal
marsh: lingkungan ini berada pada daerah
rendah di belakang gosong pantai sehingga terpisah dari laut. Akan tetapi
pada saat terjadi pasang tinggi dan badai, coastal marsh secara periodik dipengaruhi oleh air laut.
Tumbuhan yang terdapat pada lingkungan ini adalah tumbuhan yang mampu
beradaptasi dengan berbagai kondisi salinitas. Tumbuhan yang umumnya
ditemukan pada coastal marsh
daerah tropis adalah berupa mangrove.
- Lower
delta plain marsh/swamp:
fasies ini terutama berupa daratan/pulau interdistributer yang ditumbuhi
tumbuhan (mangrove) pada delta
bagian depan yang berhadapan dengan laut. Pada saat terjadi pasang tinggi
dan badai, air laut yang masuk dapat menyebabkan penambahan sulfur
sehingga menyebabkan terbentuknya deposit gambut yang kaya akan pirit.
Selain itu pada saat banjir, sedimen berbutir halus dapat diendapkan
bersama material tanaman sehingga terbentuk gambut yang kandungan abunya
tinggi.
Lower Delta Plain
Lingkungan limnik atau air tawar merupakan
lingkungan yang didominasi oleh air tawar (atau di atas level pasang tertinggi)
dan tidak memiliki hubungan hidrologis secara langsung dengan laut.
Sub-lingkungan yang membentuk deposit batubara adalah:
- fluvial
swamp (termasuk upper delta plain swamp):
rawa fluvial banyak terdapat pada dataran banjir fluvial oleh
karena terlindung dari suplai sedimen oleh adanya leeve sepanjang teras sungai. Gambut/batubara yang dihasilkan
dapat berselang-seling dengan lapisan pasir atau lempung yang terbawa oleh
adanya banjir. Kadang pembentukan gambut pada lingkungan ini juga
diselingi dengan adanya fasies danau.
Upper Delta Plain
- danau: pembentukan gambut terutama terjadi pada pinggir danau,
sedangkan pada posisi yang lebih dalam terbentuk lumpur organik oleh
karena minimnya sirkulasi air.
- upland
bog:
gambut juga dapat terbentuk pada lingkungan yang tidak secara
langsung berhubungan dengan kondisi fluviatil, akan tetapi tetap terjadi
drainasi dan akumulasi material klastik tidak terlalu banyak melampaui
akumulasi tumbuhan.
Peranan
Studi Sedimentologi dan Stratigrafi Terhadap Eksplorasi Batubara
Suatu
eksplorasi batubara sangat erat kaitannya dengan studi sedimentologi dan
stratigrafi. Eksplorasi adalah rangkaian kegiatan yang dimulai dari
perencanaan, penyelidikan (umum – detail) dan evaluasi untuk menemukan batubara
yang bernilai ekonomis. Informasi yang ingin diketahui dari eksplorasi antara
lain :
· Lokasi keterdapatan
· Bentuk lapisan batubara
· Ukuran
· Kualitas
· Jumlah cadangan
· Tebal lapisan penutup
· Nilai ekonomis
Dalam
suatu eksplorasi batubara sangat memperhatikan kriteria geologi. Kriteria
geologi adalah gejala geologi yang mengendalikan keterdapatan setting tektonik
geologi batubara. Pemahaman terhadap setting geologi dapat melokalisai daerah
yang mempunyai indikasi kuat terdapat sumberdaya endapan batubara sehingga
dapat membantu dalam penentuan, tahapan, metode, dan teknik eksplorasi
sumberdaya batubara. Kriteria geologi untuk eksplorasi batubara ini meliputi :
geotektonik, geomorfologi, litologi, struktur geologi, startigrafi,
sedimentologi, magmatogenik, paleogeografi, paleoklimatologi, umur geologi, dan
sejarah penambangan.
Namun
pada kasus ini lebih ditekankan pada studi sedimentologi dan stratigrafi mulai
dari lingkungan pengendapan sampai sikuen stratigrafi. Kriteria sedimentologi
digunakan untuk mengenali lingkungan terbentuknya endapan batubara. Pengaruh
lingkungan pengendapan ini terhadap :
· Geometri
· Ketebalan
· Frekuensi
· Kualitas
· Kandungan abu
· Nilai kalori
· Tumbuhan dan endapan sedimen yang
berasosiasi
· Variasi komponen vertikal (ketebalan)
endapan batubara.
Sedangkan
untuk kriteria stratigrafi memiliki beberapa peranan di dalam eksplorasi
batubara, diantaranya : kriteria stratigrafi akan sangat memperhatikan secara
khusus pada formasi yang mengandung batubara dengan melihat secara detail
penampang stratigrafinya. Umumnya formasi pengandung lapisan batubara umumnya
dihubungkan dengan tipe-tipe endapan batubara di Indonesia. Misalnya saja tipe
endapan batubara di Sumatra Selatan dengan temapat-tempat lain yang berumur
Tersier. Selain itu, dengan mengetahui kriteria stratigrafi untuk eksplorasi
batubara ini dapat menentukan fasies batubara dari suatu penampang stratigarfi
tertentu sehingga seorang geologist dapat mengetahui penyebaran akan potensi
batubara tersebut.
DAFTAR
PUSTAKA
British Coal., 1964. Coal Classification System (revison of 1964 system), National Coal Board, London.
Surjono, S.S, Eksplorasi Geologi Batubara., Diktat Geologi Batubara Lanjutan., tidak dipublikasi
Surjono, S.S, Pembentukan Batubara., Slide Presentasi., tidak dipublikasi
Surjono, S.S, Eksplorasi Geologi Batubara., Diktat Geologi Batubara Lanjutan., tidak dipublikasi
Surjono, S.S, Pembentukan Batubara., Slide Presentasi., tidak dipublikasi
Thomas, Larry., 2002., Coal Geology., Jhon Wiley & Sons, LTD., England
Tidak ada komentar:
Posting Komentar