Jumat, 01 November 2013

Welcome Hokudai a.k.a Hokkaido University

Tepat satu bulan saya tinggal di pulau paling utara dari negara Jepang. Hokkaido. Tepatnya di kota Sapporo-shi. Terdampar di kota yang begitu dingin dan belum pernah saya rasakan sebelumnya. Meninggalkan keluarga, teman-teman di Indonesia, dan orang yang spesial tentunya. Berat. Tapi hidup itu pilihan. Berbekal tujuan mulia untuk menyelesaikan tesis, saya yakin untuk merantau ke negara ini.

Hokkaido University. Inilah universitas tempat saya menyelesaikan riset tesis. Bermula dari kebingungan untuk menyelesaikan riset dan akhirnya berjodoh di universitas ini. Alasannya sangat klasik. Uang. Iya, itulah hal yang menghambat penyelesaian riset saya. Seharusnya saya sudah tidak perlu memikirkan untuk mengeluarkan biaya riset, karena saya termasuk penerima Beasiswa Unggulan Fasttrack Dikti-BPKLN yang sesuai perjanjian di awal akan mendapatkan beasiswa berupa uang pendidikan, uang buku, dan uang penelitian tesis. Sayangnya itu semua hanya janji manis saja. Saya dan 124 teman fasttrack lainnya bernasib sama. Kami tidak mendapatkan uang penelitian sehingga kebanyakan dari kami membantu proyek dosen untuk bisa mendapatkan uang lebih atau sekedar ikut ke lapangan untuk mendapatkan data lapangan. Miris. Padahal gembar-gembor di awal sangat luar biasa gaungnya. Singkat cerita, saya stuck dengan tesis karena biaya.

Begitulah jalan Allah. Dia paling tau jalan mana yang terbaik untuk umat-Nya. Kemudian pada bulan Juni ada tawaran Scholarship of Long-term Overseas PARE (Population-Academic-Resources-Environment) Program Hokkaido University. Saat itu saya ragu, namun hati kecil saya ingin. Sempat mundur untuk tidak mendaftar tapi Allah berkata lain. Sore itu saya dikirim pesan singkat oleh sekretaris jurusan Pascasarjana Teknik Geologi. Kira-kira begini bunyinya:

"Rani, atas nama jurusan, kami menawarkan kamu untuk mengikuti program long-term-nya Hokkaido University. Kamu bisa riset tesis di laboratorium sana. Kalau kamu berminat, besok pagi datang ke ruangan saya ya."

Sontak kaget setelah membaca pesan singkat tersebut. Bingung. Begitulah gambaran pikiran saya saat itu. Seketika itu pun saya langsung menelepon orang tua untuk menanyakan bagaimana pendapat mereka. Saya sangat bersyukur memiliki bapak, ibu, dan kakak yang sangat open mind. Mereka sangat mendukung tawaran itu. "Ambil Mbak Rani", ungkap ibuku. Tak lupa saya pun diskusi dengan dia. Bahagia ketika memiliki seseorang yang mendukung langkah positif yang akan diambil. "Ambil. Kapan lagi kamu bisa riset di Jepang dengan bimbingan Profesor di Hokkaido University. Banyak orang ingin seperti kamu yang punya kesempatan seperti itu. Kamu bisa riset di Jepang itu adalah pengalaman yang sangat luar biasa", ujarnya. Begitulah dia, sangat menyenangkan saat berdiskusi dengannya. Thanks minions!

Segala kebutuhan di sana saya siapkan. Namun, sampel batupasir adalah harta yang paling berharga. Gimana gak? Sampel itulah hidup dan mati saya di Jepang. Kalau tidak ada sampel batupasir itu, mau apa saya ke Jepang. Bukan hanya saya yang repot untuk mempersiapkan segala kebutuhan di sana, tetapi semua orang direpoti. Maklum, saya akan menetap di Jepang selama 1 semester. Bukan waktu yang sebentar kan?

Saya berangkat tepat hari Sabtu, tanggal 28 September 2013. Tragedi banjir di bandara Adi Sucipto pun terjadi. Sedih rasanya diantar orang-orang terkasih. Mendengarkan nasehat mereka, memeluk mereka, melambaikan tangan. Ah, rasanya sangat dramatis. Namun, benar itu adanya. Mungkin ini kali pertamanya saya pergi ke luar negeri dalam jangka waktu yang cukup lama. Karena sebelumnya, saya melancong ke negara lain hanya untuk keperluan publikasi penelitian yang notabene hanya memakan waktu 1 minggu saja. Yogyakarta-Jakarta-Seoul-Sapporo. Itulah rute penerbangan saya. Lelah rasanya tapi pengalaman luar biasa dapat menaiki Airbus Korean Airlines. Dan yang paling penting adalah GRATIS! Haha tetep yang namanya mahasiswa mah :p

Sampai akhirnya saya sampai di bandara New Chitose, Sapporo. Saya dijemput oleh kedua teman dari laboratorium Sustainable Resources Engineering. Menggunakan kertas yang bertuliskan "Tri Rani Puji Astuti, Hokkaido University", dengan senyum sumringah saya melambaikan tangan. Berasa orang penting!

New Chitose Airport (kiri-kanan: Mas Cahyo, Mas Irfan, saya (Rani)).


Setelah itu kami dianter oleh supporter masing-masing menuju dormitory atau istilah yang lebih dikenal asrama. Asrama saya tidak terlalu jauh dari kampus. Sekitar 20-30 menit untuk mencapai fakultas teknik. Karena Hokkaido University notabene memiliki area yang sangat luas. Di Jepang sendiri memiliki tradisi berjalan kaki atau bersepedah untuk pergi ke kampus. Mereka yang membawa mobil ke kampus harus parkir jauh dari lingkungan kampus, karena untuk parkir sendiri harus bayar mahal dan memiliki aturan yang cukup ruwet. Ini sangat berbeda di Indonesia. Cuma 2000ribu buat parkir mobil. Shock culture. Tinggal di negara yang penuh dengan keteraturan dari negera yang kurang teratur. LOL!


Hokkaido University International House Kita 8

So far, saya sangat menikmati kehidupan di sini. Walaupun harus pergi jam 8 pagi, pulang jam 10 atau 11 malam. Karena orang-orang Jepang sangat pekerja keras dan memiliki etos kerja yang tinggi. Satu minggu diawal badan sampai sempoyongan karena kurag tidur. Hari-hari berikutnya saya menikmati semua proses ini. Dengan berbekal beasiswa sebesar 80.000 yen/bulan, saya harus bisa membagi uang untuk bayar asrama, makan, dan nabung untuk keperluan lainnya. 

Kadang keterbatasan itu indah dan justru mendewasakan. Just enjoy it!


See you in others story about Japan!

Participant of Longterm Overseas Hokkaido Program Scholarship Hokkaido University (Indonesia-Thailand-Jepang).

Main Gate of Hokkaido University


Hokudai


22.41
House Kita 8, Sapporo-shi.

4 komentar:

  1. sneng deh baca prjalanan kk rani,,ad sedih,hambatan, perjuangan,dn happy ending
    kk rani jd inspirasiku

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hi Hajrah! Thank for reading my blog. Aamiin. Aku yakin kamu pasti bisa lebih dari aku :)

      Hapus
    2. Hi Hajrah! Thank for reading my blog. Aamiin. Aku yakin kamu pasti bisa lebih dari aku :)

      Hapus
  2. Ka terharu bacanya.. Terinspirasi skali dengan pengalaman-pengalaman kakak.

    BalasHapus