Sabtu, 03 November 2012

Buah Kegagalanku di Tahun 2007


Hello Readers !

Kemarin tgl.3 November 2012, iseng-iseng saya ikut lomba menulis cerita inspiratif yang diambil dari kisah nyata. Nama lomba tersebut adalah Cipta Karya Inspiratif Gama Raya 2012. Entah, saat itu langsung terinspirasi untuk menulis tentang kisah hidup sendiri selama di UGM. Menang atau tidak, semoga karyaku dan kisahku dapat menginspirasi banyak mahasiswa di Indonesia untuk bisa menggapai cita-citanya.

Selamat Menikmati ! :)

*********************************************************************************

Masih jelas dalam ingatan, ketika itu tahun 2007 saya duduk di bangku SMA kelas 3. Sebagai siswi kelas 3 SMA yang ingin melanjutkan ke Perguruan Tinggi Negeri, tentunya saya telah memiliki cita-cita untuk kuliah dimana dan jurusan apa. Ya, pada saat itu saya bercita-cita menjadi seorang Sarjana Teknik. Saya besar di kota Cimahi, sehingga Perguruan Tinggi Negeri yang saya gandrungi adalah Institut Teknologi Bandung (ITB). Sejak duduk di bangku Sekolah Dasar, saya sudah bercita-cita untuk kuliah di ITB. Alasannya karena saat itu saya melihat adek ayah saya yang menjadi Insinyur Pertambangan.

Rumah kami terjual
Waktu terus berjalan. Tidak ada yang tahu apa yang akan terjadi di depan sana. Begitu juga dengan keluargaku. Harta, kekayaan, dan kedudukan hanya milik Allah SWT. Ayahku adalah seorang pensiunan Pertamina. Beliau memutuskan untuk pensiun dini pada tahun 1995 karena mengalami kebosanan bekerja selama 32 tahun di Pertamina yang notabene sering bertugas di hutan untuk eksplorasi minyak bumi. Sejak itulah, kami sekeluarga pindah ke kota Cimahi, kampung halaman ayahku. Setelah pensiun, ayahku mulai berwirausaha di bidang transportasi. Perkembangan usaha ayahku sangat baik, bahkan saat itu mobil transportasi miliknya bertambah. Tetapi tidak ada yang tahu apa yang akan terjadi di depan sana. Mulai memasuki bangku SMA, usaha ayahku mulai merosot. Satu persatu mobil transportasi ayahku di jual untuk memenuhi kebutuhan pendidikan kami bertiga. Ya, saya adalah anak ketiga dari 3 bersaudara. Saat itu, kakakku yang pertama sedang kuliah di salah satu perguruan tinggi swasta di Bandung. Sedangkan kakakku yang kedua sedang duduk di bangku SMA. Memang saat itu kebutuhan akan pendidikan sangat tinggi dan kedua orangtuaku tidak mau kami putus sekolah di tengah jalan. Mereka tidak peduli jika harta habis untuk menyekolahkan kami. Hal yang sangat meyedihkan ketika itu kami semua dikumpulkan oleh ayahku di ruang keluarga. Di sana beliau menceritakan semuanya. Kedua orang tuaku sudah sepakat untuk menjual rumah. Rumah yang selama ini kami tempati. Rumah yang dibangun dari hasil kerja keras ayahku di Pertamina. Bukan hal yang mudah untuk menerima itu semua. Pikiranku agak kacau karena hal itu. Terkadang aku ingin menghentikan cita-citaku untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang perkuliahan. Tetapi orang tuaku selalu melarang hal itu. Mereka selalu menyemangatiku untuk selalu fokus dengan apa yang menjadi tugasku sekarang. Singkat cerita rumah kami terjual saat saya harus menghadapi ujian masuk PTN. Sedih rasanya untuk mengalami ini semua. Jujur saat itu pikiranku menjadi tidak fokus dengan apa yang sedang dihadapi. Kacau.

Gagal masuk ITB
            Sebulan setelahnya pengumuman ujian masuk PTN telah ada. Saat itu saya sedang bersama keluargaku dan salah satu sahabat menelepon. Dia berkata bahwa pengumuman ujian masuk PTN sudah ada. Saya meminta sahabat saya untuk melihatkan nomor ujianku apakah lulus atau tidak. Saat itu saya memilih Teknik Perminyakan ITB dan Teknik Geologi ITB. Allah SWT berkata lain. Saya tidak lulus ujian masuk PTN. Hati saya hancur, sedih, seketika itu pun saya langsung menangis dihadapan kedua orang tuaku. Gagal, ya saya gagal untuk melanjutkan pendidikan ke PTN. Banyak yang tidak menyangka jika saya gagal ujian masuk PTN. Di SMA saya selalu masuk peringkat tiga besar. Bahkan saat duduk di kelas 2 SMA saya juara 2 Olimpiade Fisika Tingkat Kabupaten dan Finalis Olimpiade Fisika Provinsi. Semua guru saya tidak percaya. Tetapi mereka terus menyemangati saya lewat pesan singkat karena saya tidak ingin bertemu siapa-siapa. Saat itu yang ada di dalam pikiran saya bahwa kedua orang tuaku telah menjual rumahnya untuk kuliah saya dan sekarang saya gagal untuk mewujudkan impian itu. Sakit sekali rasanya.
            Tidak berhenti di situ. Setelah gagal ujian masuk ITB kemudian saya mencoba tes beasiswa kuliah di P.T Siemens Indonesia. Informasi saya peroleh dari salah satu sepupu ibuku. Lokasi tes berada di Kota Cilegon. Ayah saya menemaniku untuk tes tersebut. Beruntung kami memiliki saudara di kota tersebut sehingga kami sangat dibantu untuk akomodasi di sana. Pagi harinya tes berlangsung dan sore hari pengumuman untuk beasiswa tersebut telah ada. Saya gagal lagi. Ya, gagal lagi dan lagi. Entah saya semakin pesimis dengan hidup saya saat itu. Saya merasa menjadi orang yang terbodoh di dunia, merasa sangat tidak berguna untuk keluarga saat itu. Pikiranku kacau dan hatiku hancur. Gagal untuk kesekian kalinya membuatku pesimis untuk melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi. Orang tua saya memberikan kebebasan untuk memilih apakah ingin melanjutkan kuliah di swasta atau menunggu satu tahun untuk mencoba ujian masuk PTN di tahun mendatang. Saya berdoa dan meyakinkan diri bahwa saya memilih pilihan yang kedua. Ya, saya akan menunggu satu tahun untuk mencoba tes ujian masuk PTN di tahun mendatang. Singkat cerita, satu tahun lamanya saya menunggu untuk tes tersebut. Saya menghilang dari peredaran teman-teman. Saya dan keluarga pindah ke Kebumen. Di sana orang tua saya membangun rumah apa adanya dengan uang yang tersisa. Selama satu tahun tersebut saya mengisi waktu dengan ikut bimbingan belajar intensif, renang, dan les Bahasa Inggris. Begitulah rutinitas saya sehari-hari. Semangat saya membara untuk bisa menembus ujian masuk PTN. Saat itu saya menggantungkan cita-cita pada UGM untuk melanjutkan pendidikan. Entah, saya menjadi alergi terhadap ITB. Mungkin karena saya telah gagal menembus PTN tersebut. Setiap hari saya latihan soal ujian masuk PTN. Beribu-ribu soal saya habiskan. Tidak hanya itu, dengan kegagalan tersebut saya semakin dekat dengan-Nya.

Lulus Ujian Masuk UGM
Waktu terus berjalan. Tak terasa sudah memasuki tahun 2008. Pada bulan Maret 2008, saya tes UM UGM. Kali ini saya ditemani oleh ibu karena ayahku baru saja terkena serangan jantung. Antara sedih meninggalkan ayah saya yang sendirian di rumah dan harus tes ujian masuk UGM. Tetapi kali ini tekad saya bulat. Saya ingin membuktikan pada dunia bahwa saya bisa. Saya mempunyai kualitas. Saya ingin membuat bangga kedua orang tuaku. Dengan percaya diri saya ditemani ibu pergi ke Yogyakarta dengan menggunakan bis. Sesampainya di sana kami bermalam di penginapan UGM. Alhamdulillah, lokasi tes tidak jauh dari penginapan saya. Pagi itu, dengan percaya diri saya melangkah ke lokasi tes. Sebelumnya saya meminta doa restu sambil mencium tangan ibu. Sambil matanya berkaca-kaca, ibuku berkata, “Mbak Rani yang tenang ya ngerjain soalnya. InsyaAllah ibu berdoa semoga Mbak Rani lulus UGM. Nanti ibu sholat dhuha di Masjid Kampus.” Seketika itu pun saya menjadi sangat semangat. Saya yang notabene sedikit cengeng, saat itu sempat meneteskan air mata. Bel berbunyi dan saya pun masuk kelas. Dengan tenang saya mengerjakan soal UM UGM. Siang hari tes tesebut selesai. Saya dan ibuku kembali pulang ke Kebumen dengan menaiki bis.
            Sebulan kemudian pengumuman UM UGM. Selama sebulan menunggu pengumuman saya memperkirakan apakah saya lulus atau tidak dengan cara mencocokkan hasil jawaban saya dengan kunci jawaban yang ada. Malam itu adalah malam pengumuman UM UGM. Tepat jam 22.00 WIB saya memutuskan untuk mengirimkan pesan singkat untuk mengetahui hasil pengumuman tersebut. Secepat kilat, pesan singkatku pun langsung dibalas dengan operator. Saat itu saya sedang sendirian di kamar dan kedua orang tuaku sudah tertidur. Saya membuka pesan singkat tersebut dengan tangan yang gemetaran. Seketika itu pun saya membaca “Selamat anda lulus UM UGM 2008-2009 dengan prodi Jurusan Teknik Geologi”. Luar biasa bahagianya saya, saya menangis tak terbendung. Sambil jerit-jerit saya membangunkan kedua orang tuaku. Saat itu mereka terbangun dan langsung memelukku erat sambil berucap, “Selamat ya, Nak”. Senang luar biasa. Saya sangat bersyukur dan pengorbanan selama ini tidak sia-sia. Saya semakin yakin dengan kebesaran-Nya. Allah SWT mempunyai jalannya tersendiri untuk menjadikan umat-Nya kuat dan tangguh dalam menjalani hidup. Ternyata UGM-lah yang terbaik untukku.

Perjuangan 4 tahun di Tekni Geologi UGM
            Hambatan tidak berhenti sampai di situ. Tahun 2008 tepatnya bulan Agustus saya memulai perkuliahan pertama di Teknik Geologi UGM. Berbagai mahasiswa/i dari seluruh propinsi di Indonesia dengan latar belakang sosial dan ekonomi berkumpul di sini. Mulai dari Pulau Sumatra, Kalimantan, Papua, bahkan dari luar negeri pun ada yaitu Timor Leste. Harus bisa survive. Itulah yang menjadi prinsip saya. Walaupun berangkat dari keluarga sederhana dan prihatin, saya harus dapat membuktikan bahwa saya bisa menyelesaikan studi di UGM. Ekonomi orang tua yang semakin merosot, mengharuskan ayahku untuk bekerja lagi. Tidak mungkin hanya mengandalkan uang sisa rumah kami yang terjual. Kemudian ayahku bekerja seadanya di perusahaan milik sepupu ibuku. Saat itu ayahku berumur 61 tahun dan sudah memiliki sakit jantung. Sebenarnya saya tidak tega untuk membiarkan ayah saya untuk bekerja lagi. Tetapi keadaan yang mengharuskan ini semua. Sedangkan kakak kedua saya sudah bekerja, namun dia pun harus memenuhi kebutuhannya sendiri. Selain itu kakak saya juga melanjutkan kuliah ke jenjang S1 dengan uangnya sendiri. Pagi sampai siang dia bekerja, namun malam harinya dia harus kuliah. Sehingga dengan kebutuhannya yang seperti itu, kakakku tidak bisa membantu keseluruhan kebutuhan kuliahku. Maka dari itu, ayahku harus bekerja lagi.
            Jangan putus asa. Itu yang selalu ayahku bilang sesaat setelah meneleponku. Beliau selalu berpesan bahwa orang hidup ada yang mengatur dan harus percaya itu. Jika ada keinginan, ada usaha, dan doa, pasti ada jalan. Allah SWT tidak pernah tidur. Saya pun tidak hanya berdiam diri. Saya mencari beasiswa yang dapat membantu untuk meringankan beban finansial saya. Saat itu saya mendaftar beasiswa PPA dan Alhamdulillahnya saya mendapatkan beasiswa tersebut. Setiap enam bulan sekali saya menerima uang tunai dari UGM. Uang tersebut saya gunakan untuk membayar BOP sehingga ayah saya cukup membayar SPP saja.
            Kebutuhan kuliah sangat besar. Benar kata orang bahwa biaya kuliah itu besar. Saya merasakannya secara langsung. Mungkin untuk teman-teman yang berasal dari keluarga yang mampu, tidak pernah terpikirkan tentang itu semua. Karena ketika uang mereka habis, tinggal telepon orang tuanya, seketika itu pun uang akan ditransfer. Tetapi tidak untuk saya. Saya selalu khawatir setiap ada pengumuman untuk bayar ini, bayar itu. Takut jika saya dan orang tua saya tidak bisa membayar. Tetapi sekali lagi saya sangat yakin bahwa rejeki itu sudah ada yang mengatur.

Diangkat menjadi asisten
Prestasi saya sangat baik di Teknik Geologi UGM. IPK saya cumlaude untuk tahun pertama. Memasuki tahun kedua, tepatnya di semester 3 seorang dosen di laboratorium Bahan Galian memanggil saya. Ketika itu beliau mengajak saya untuk menjadi asisten praktikum di mata kuliahnya. Di jurusan kami, syarat untuk menjadi asisten praktikum harus menyelesaikan kuliah lapangan. Sedangkan saya, belum kuliah lapangan tetapi sudah diajak untuk menjadi asisten praktikum. Sungguh itu salah satu prestasi saya saat itu. Hal yang paling menyenangkan dari kejadian tersebut adalah dosen mempercayai saya untuk bisa menjadi asisten. Dosen percaya bahwa saya bisa. Bukan uang yang saya cari karena honor sebagai asisten tidaklah besar. Cukup untuk memenuhi kebutuhan saya yang kecil-kecil. 
Memasuki liburan semester di tingkat kedua, saya dan teman-teman Teknik Geologi angkatan 2008 harus menjalani kuliah lapangan. Saya mendapatkan kapling pemetaan di Boyolali. Bukan biaya yang kecil untuk menjalani kuliah lapangan tersebut. Hambatan finansial datang kembali. Saya sudah khawatir jika tidak bisa mengikuti kuliah lapangan ini. Akhirnya kedua orang tuaku memutuskan untuk meminjam uang di perusahaanya untuk bisa memenuhi kebutuhan kuliahku. Setiap bulan mereka menyicil untuk membayar hutang tersebut. Tidak sia-sia, saya menjalani kuliah lapangan tersebut dengan sangat serius. Saya memetakan kapling Boyolali seluas 4 km x 5 km selama 2 minggu. Allah SWT Maha Adil, saya yang tidak memiliki kendaraan tetapi tetap bisa menyelesaikan tugas lapangan tersebut. Dengan bantuan temanku (Reza dan Didit), saya bisa menuntaskan pemetaan dengan baik. Dua bulan waktu yang dihabiskan untuk analisa, pembuatan peta geologi, dan laporan akhir. Alhamdulillah saya mendapatkan nilai A untuk kuliah lapangan ini. Keyakinan saya terus bertambah. Saya semakin yakin bahwa Allah SWT Maha Besar. Dia selalu mendengar doa umat-Nya yang sungguh-sungguh.

Beasiswa Society of Petroleum Engineer (SPE) Java Section 2011
Tidak terasa saya telah menjalani dua tahun kuliah di Teknik Geologi UGM. Setelah menjalani kuliah lapangan, saya memasuki semester kelima. Sebagai mahasiswi di Teknik Geologi UGM, kegiatan saya tidak hanya kuliah-pulang-kuliah-pulang. Sejak semester 3 saya telah terdaftar sebagai asisten praktikum Mata Kuliah Kristalografi dan Mineralogi di Lab. Bahan Galian dan menjadi pengurus aktif salah satu organisasi internasional di jurusan saya, SPE (Society of Petroleum Engineer) Student Chapter UGM. Organisasi ini berkecimpung di bidang energi di dunia. Saya senang memiliki banyak kegiatan, bertukar pikiran mengenai bidang energi dengan teman-teman dari jurusan Geofisika dan Teknik kimia. Sesuai cita-cita, setelah lulus saya ingin bekerja di Pertamina untuk menggantikan ayah saya.
Di SPE, tidak hanya belajar untuk membuat suatu acara, tidak hanya berdiskusi tentang energi di dunia, tetapi saya juga banyak mengikuti kompetisi berupa cerdas cermat se-Asia Pasifik yang saya ikuti misalnya saja Petrobowl 2011 di Jakarta dan OGIP (Oil and Gas Intelectual Parade) 2011 di UPN Yogyakarta. Semua hal itu karena saya manjadi pengurus aktif di SPE Student Capter UGM. Tidak hanya berhenti sampai di situ, manfaat sebagai mahasiswa yang aktif di organisasi pun saya peroleh di SPE SC UGM. Setiap tahun SPE Java Section selalu memberikan beasiswa sebesar Rp 5.000.000,- untuk para mahasiswa yang aktif di SPE. Saat itu saya mendaftar sebagai peserta. Syarat untuk mendaftar beasiswa tersebut, setiap mahasiswa harus memiliki IPK di atas 3,25 dan harus membuat suatu karya tulis sesuai tema terkait. Saat itu saya membuat karya tulis menggunakan energi yang terbarukan yaitu Energi Panas Bumi (Geothermal). Setelah seleksi administrasi, saya harus mempresentasikan hasil karya tulis saya di depan juri beasiswa tersebut. Pada saat itu saya diwawancarai oleh Bapak Teddy Komarudin dari Pertamina EP. Di sana saya diwawancarai mengenai kuliah, cita-cita, dan keluarga. Pengalaman yang luar biasa. Dua minggu setelah wawancara tersebut adalah pengumuman penerima beasiswa. Alhamdulillah dari sekian banyak peserta, saya menerima beasiswa SPE Java Section 2011. Saya diajak makan siang bersama pejabat-pejabat perusahaan perminyakan, Presiden SPE Java Section dan pengurus profesional, di Hotel Mulia, Jakarta. Selain itu, di sana saya juga bertemu dengan penerima beasiswa tersebut yang berasal dari ITB, UI, Universitas Trisakti, dan UPN Yogyakarta. Sungguh moment indah yang tidak pernah saya bayangkan sebelumnya.

Skripsi dan Beasiswa S2 Program Fasttrack Dikti
            Semester 7 pun telah datang. Saat itu dipikiran saya adalah bagaimana caranya lulus cepat sehingga dapat membahagiakan kedua orang tua. Sebagai mahasiswi tingkat akhir, saya harus mengemban tugas mulia, Skripsi. Tema skripsi pun telah saya tentukan sejak berada di bangku semester 6. Tetapi Allah SWT mempunya rencana lain. Pada semester 7 tersebut saya mendapatkan beasiswa S2 Program Fasttrack Dikti. Program Fasttrack adalah program akselerasi dari S1 ke S2. Jadi ketika di semester 7 di S1, saya pun telah menjalani semester 1 di S2 sekaligus menyelesaikan skripsi S1. Beasiswa tersebut mengharuskan saya untuk lulus 4 tahun di bulan Agustus 2012 pada program Sarjana, karena mulai bulan September 2012 saya sudah harus memulai mengerjakan tesis untuk S2. Seluruh mata kuliah S2 saya habiskan di tahun pertama. Di saat sibuk menjalani skripsi S1 di semester 8 dan kuliah semester 2 di S2, saya mewakilkan UGM untuk mengikuti Olimpiade Geologi Indonesia 2012 selama 1 minggu. Bersama keempat teman saya, kami berjuang untuk bisa mempertahankan gelar juara Olimpiade Geologi Indonesia. Bukan hal yang mudah, karena Teknik Geologi UGM ketiga kalinya telah mempertahankan gelar juara 1 mulai dari tahun 2006, 2008, dan 2010. Saat itu saya dan tim berjuang keras untuk itu. Berkat doa dan usaha, tim UGM dapat mempertahankan gelar Juara 1 Olimpiade Geologi Indonesia 2012. Luar biasa sangat bangga.

Sarjana Teknik di tangan
            Setelah lomba tersebut saya semakin semangat untuk menyelesaikan skripsi. Alhamdulillah akhirnya pada bulan Agustus saya sidang pendadaran. Sarjana Teknik pun saya genggam. Dengan perasaan terharu, bangga, bahagia semua campur jadi satu saya keluar dari ruang sidang dengan nilai A. Semua terasa sangat membahagiakan. Ketika itu saya mengabarkan kedua orang tua melalui telepon dan suara tangisan terdengar dari ibuku. Mereka menyampaikan rasa bangganya kepada saya.
            Kebahagiaan tidak berhenti sampai di situ. Karya tulis hasil penelitian skripsi saya diterima di International Conference and Exhibition 2012 di Singapore. Ketika itu saya membuka email dan saya membaca “Congratulation your abstrack paper is reveceid in ICE 2012. You get a sponsorship for transportation and accomodation in Singapore”. Setelah membaca email tersebut air mata tak terbendung. Saya menangis terharu. Tidak pernah saya bayangkan, anak orang sederhana seperti saya dapat pergi ke luar negeri untuk mempresentasikan hasil penelitian skripsi dan yang paling membahagiakan saya mendapatkan sponsor penuh dari pihak penyelenggara yaitu AAPG (Association American of Petroleum Geologist). Setelah sidang pendadaran, pada bulan September saya pergi ke Singapore untuk presentasi. Pengalaman yang sungguh luar biasa. Untuk pertama kalinya saya naik pesawat ke Singapore dan tinggal di negeri orang selama 1 minggu. Sungguh Allah SWT Maha Berkuasa.
Buah kegagalanku di tahun 2007. Buah perjuangan selama 4 tahun di Teknik Geologi UGM. Buah perjuangan yang tulus orang tuaku. Semuanya saya dapatkan karena kerja keras, tidak pernah putus asa dengan keterbatasan, dan yang paling penting doa yang tiada henti kepada-Nya. Kini saya paham bahwa di balik setiap kegagalan sebenarnya ada pesan diam-diam yang disampaikan Allah SWT pada kita. Namun, kita belum menyadari pesan itu sebelum melewatinya. Jadi jangan merasa kecewa, sedih, dan putus asa saat kita mengalami kegagalan. Allah SWT mungkin tengah membelokkan langkah kita ke jalan yang lebih nyaman dan membahagiakan kita. Teruslah berpikiran positif terhadap apa yang menjadi keputusan-Nya. Karena Allah SWT tidak pernah salah. Dia selalu memiliki rencana yang indah dan terbaik untuk umat-Nya. Terima kasih Ya Allah atas kasih sayang-Mu. 



15 komentar:

  1. terharu, semangat kamu adalah inspirasiku...
    aku selalu bangga punya teman sepertimu Rani :)

    BalasHapus
  2. Abaaaang, halooo! Long time no see. Anyway apakabarnya bang?
    Alhamdulillah kalo menginspirasi hehe :)))

    BalasHapus
  3. Ya Allah mbk, anda begitu semangat dalam menjalani hidup. sangat menginspirasi...
    Suatu saat nanti saya ingin melakukan apa yang mbk tuliskan, insha Allah...

    BalasHapus
  4. ketika saya membacanya, menangis berkaca-kaca see....sebab perjuangan pendidikan saya juga sama pengalaman denga Mba. apalagi Orang tua saya sudah m,eninggal sejak saya di bangku SD sejak tahun 1999.

    BalasHapus
  5. Mungkin saya di posisi sedang gagal sekarang mbak. Mau kuliah s2 gak ada modal. Fikiran jadi buntu, kerja di kantor juga bukan minat saya. Saya hanya nyaman dan cinta di dunia pendidikan

    BalasHapus
  6. Mungkin saya di posisi sedang gagal sekarang mbak. Mau kuliah s2 gak ada modal. Fikiran jadi buntu, kerja di kantor juga bukan minat saya. Saya hanya nyaman dan cinta di dunia pendidikan

    BalasHapus
  7. subhanallah, sangat menginspirasi kak. btw sekarang kakak kerja dimana???

    BalasHapus
  8. wahh SUBHANALLAH... perjuangan yang sangt luar biasa
    sukses ya buat kk rani

    BalasHapus
  9. Luar biasa sangat menginspirasi sekali, ternyata saat mengikuti OGI di UNPAD lagi S2 toh, mantap sekali Rani

    BalasHapus
  10. Luar biasa kakak pengalamannya benar2 menginspirasi, membuktikan bahwa tidak ada yang dapat menghalangi doa, ketekunan dan kerja keras seseorang :)

    BalasHapus
  11. Subhanallah...anakku jg sekarang kuluah di tehnik geologi semoga bisa seberuntung mbak Rani. Aamiin....

    BalasHapus
  12. Sekarang kerja dimana mbak....??!!

    BalasHapus
  13. Menginspirasi sekali. Saya ingin kuliah di geologi, tpi takut gagal SNMPTN

    BalasHapus
  14. Selamat atas keberhasilannya mba🙏🏻 saya sampai nangis terharu bacanya.. kebetulan saya juga ingin skeali masuk teknik geologi UGM, semoga saya bisa jadi penerus mba Rani :')

    BalasHapus