Rabu, 07 November 2012

Resume : Peranan Studi Sedimentologi dan Stratigrafi Pada Eksplorasi Batubara



Pengertian Batubara
Batubara adalah batuan yang bisa terbakar, mengandung lebih dari 50% (berat) material karbonan, terbentuk dari pemampatan berbagai jenis sisa tumbuhan dalam waktu yang lama. Pembentukan gambut merupakan tahap awal terbentuknya batubara. Gambut dapat terbentuk jika memiliki kondisi lingkungan yang kandungan oksigennya terbatas, tingkat keasaman, dan kehadiran mikroba.

Pembentukan Gambut
Dalam konteks ilmiah geologi batubara, tempat/lahan basah atau ekosistem dimana gambut terakumulasi disebut sebagai suatu mire. Suatu mire dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah evolusi flora, iklim, dan posisi geografis / struktur daerah. Jenis dan perkembangan mire dibedakan berdasarkan genesa dan suplainya. Berdasarkan genesanya, jenis dan perkembangan mire dibagi menjadi 2, yaitu :
·         paludification (swamping) : pembentukan mire di atas tanah berhutan, padang, basement, dan lain-lain oleh karena adanya proses autogenik atau perubahan iklim.
·         Terrestrialization : pembentukan mire dengan pengisian material organik pada tubuh air, misalnya dengan adanya ekstensi tumbuhan di pinggir danau.
Sedangkan berdasarkan suplainya, tipe dan perkembangan mire dibagi menjadi dua, yaitu:
·         Ombrotrophic : suplai nutrien untuk tumbuhan hanya berasal dari air hujan. Gambut yang terbentuk pada kondisi ombrotrophic disebut ombrogenous.
·         Mineratrophic (Rheotrophic) : suplai nutrien berasal dari mineral dalam tanah atau batuan, bisa juga berasal dari aliran air sungai / danau. Gambut yang terbentuk pada kondisi ini disebut topogeneous.

Suatu gambut dapat tumbuh dengan baik jika memiliki lingkungan pengendapan yang sesuai dengan karakteristik dari penyusun gambut tersebut. Deposit gambut terbentuk dengan baik pada daerah yang mengalami penurunan cekungan. Suatu endapan gambut dapat terbentuk dengan tebal jika memiliki beberapa persyaratan di bawah ini :
·       Air tanah naik secara perlahan, sehingga muka air selalu konstan mengikuti posisi permukaan deposit gambut. Jika muka air naik terlalu cepat (misal oleh karena penurunan cekungan/subsidence yang cepat atau pada daerah paralik, gambut akan tenggelam dan sedimen limnik atau laut akan terdeposisi. Sebaliknya jika penurunan cekungan terlalu lambat (jauh lebih lambat dari pembentukan gambut) maka gambut akan rusak karena teroksidasi dan tererosi.
·       Mire terlindungi dari adanya penggenangan (banjir) oleh air sungai atau laut yang cukup besar dan lama.
·       Tidak ada interupsi oleh deposisi sedimen fluviatil.

Pengendapan Batubara Beserta Fasiesnya
Pada batubara sendiri memiliki beberapa lingkungan pengendapan yang memungkinkan untuk terbentuknya suatu batubara. Secara umum lingkungan pembentuk batubara dapat dibedakan menjadi 2 kelompok yaitu
a.  lingkungan paralik atau marginal marine (daerah pesisir) dan
b.  lingkungan limnik atau air tawar.
Pada lingkungan paralik atau marginal marine, terdapat beberapa sub-lingkungan dimana batubara umum terbentuk, yaitu pada:
  • estuarin, lagun dan teluk: pada lingkungan ini terjadi deposisi sedimen klastik dan material organik dari marsh/swamp (paya/rawa) di sekitarnya serta kontribusi alga in situ.

Estuari

  • Crevasse Splay
Limpasan material sedimen di gabian delta dari distributary. Bentukan gambutanya seperti meliuk-liuk.

Crevasse Splay

  • coastal marsh: lingkungan ini berada pada daerah rendah di belakang gosong pantai sehingga terpisah dari laut. Akan tetapi pada saat terjadi pasang tinggi dan badai, coastal marsh secara periodik dipengaruhi oleh air laut. Tumbuhan yang terdapat pada lingkungan ini adalah tumbuhan yang mampu beradaptasi dengan berbagai kondisi salinitas. Tumbuhan yang umumnya ditemukan pada coastal marsh daerah tropis adalah berupa mangrove.
  • Lower delta plain marsh/swamp: fasies ini terutama berupa daratan/pulau interdistributer yang ditumbuhi tumbuhan (mangrove) pada delta bagian depan yang berhadapan dengan laut. Pada saat terjadi pasang tinggi dan badai, air laut yang masuk dapat menyebabkan penambahan sulfur sehingga menyebabkan terbentuknya deposit gambut yang kaya akan pirit. Selain itu pada saat banjir, sedimen berbutir halus dapat diendapkan bersama material tanaman sehingga terbentuk gambut yang kandungan abunya tinggi.


Lower Delta Plain

Lingkungan limnik atau air tawar merupakan lingkungan yang didominasi oleh air tawar (atau di atas level pasang tertinggi) dan tidak memiliki hubungan hidrologis secara langsung dengan laut. Sub-lingkungan yang membentuk deposit batubara adalah:
  • fluvial swamp (termasuk upper delta plain swamp):  rawa fluvial banyak terdapat pada dataran banjir fluvial oleh karena terlindung dari suplai sedimen oleh adanya leeve sepanjang teras sungai. Gambut/batubara yang dihasilkan dapat berselang-seling dengan lapisan pasir atau lempung yang terbawa oleh adanya banjir. Kadang pembentukan gambut pada lingkungan ini juga diselingi dengan adanya fasies danau.


Upper Delta Plain

  • danau: pembentukan gambut terutama terjadi pada pinggir danau, sedangkan pada posisi yang lebih dalam terbentuk lumpur organik oleh karena minimnya sirkulasi air.
  • upland bog:  gambut juga dapat terbentuk pada lingkungan yang tidak secara langsung berhubungan dengan kondisi fluviatil, akan tetapi tetap terjadi drainasi dan akumulasi material klastik tidak terlalu banyak melampaui akumulasi tumbuhan.

Peranan Studi Sedimentologi dan Stratigrafi Terhadap Eksplorasi Batubara
Suatu eksplorasi batubara sangat erat kaitannya dengan studi sedimentologi dan stratigrafi. Eksplorasi adalah rangkaian kegiatan yang dimulai dari perencanaan, penyelidikan (umum – detail) dan evaluasi untuk menemukan batubara yang bernilai ekonomis. Informasi yang ingin diketahui dari eksplorasi antara lain :
·          Lokasi keterdapatan
·         Bentuk lapisan batubara
·         Ukuran
·         Kualitas
·         Jumlah cadangan
·        Tebal lapisan penutup
·         Nilai ekonomis

Dalam suatu eksplorasi batubara sangat memperhatikan kriteria geologi. Kriteria geologi adalah gejala geologi yang mengendalikan keterdapatan setting tektonik geologi batubara. Pemahaman terhadap setting geologi dapat melokalisai daerah yang mempunyai indikasi kuat terdapat sumberdaya endapan batubara sehingga dapat membantu dalam penentuan, tahapan, metode, dan teknik eksplorasi sumberdaya batubara. Kriteria geologi untuk eksplorasi batubara ini meliputi : geotektonik, geomorfologi, litologi, struktur geologi, startigrafi, sedimentologi, magmatogenik, paleogeografi, paleoklimatologi, umur geologi, dan sejarah penambangan.
Namun pada kasus ini lebih ditekankan pada studi sedimentologi dan stratigrafi mulai dari lingkungan pengendapan sampai sikuen stratigrafi. Kriteria sedimentologi digunakan untuk mengenali lingkungan terbentuknya endapan batubara. Pengaruh lingkungan pengendapan ini terhadap :
·         Geometri
·         Ketebalan
·          Frekuensi
·         Kualitas
·        Kandungan abu
·        Nilai kalori
·         Tumbuhan dan endapan sedimen yang berasosiasi
·         Variasi komponen vertikal (ketebalan) endapan batubara.

Sedangkan untuk kriteria stratigrafi memiliki beberapa peranan di dalam eksplorasi batubara, diantaranya : kriteria stratigrafi akan sangat memperhatikan secara khusus pada formasi yang mengandung batubara dengan melihat secara detail penampang stratigrafinya. Umumnya formasi pengandung lapisan batubara umumnya dihubungkan dengan tipe-tipe endapan batubara di Indonesia. Misalnya saja tipe endapan batubara di Sumatra Selatan dengan temapat-tempat lain yang berumur Tersier. Selain itu, dengan mengetahui kriteria stratigrafi untuk eksplorasi batubara ini dapat menentukan fasies batubara dari suatu penampang stratigarfi tertentu sehingga seorang geologist dapat mengetahui penyebaran akan potensi batubara tersebut.





DAFTAR PUSTAKA


British Coal., 1964. Coal Classification System (revison of 1964 system), National Coal Board, London.

Surjono, S.S, Eksplorasi Geologi Batubara., Diktat Geologi Batubara Lanjutan., tidak dipublikasi

Surjono, S.S, Pembentukan Batubara., Slide Presentasi., tidak dipublikasi

Thomas, Larry., 2002., Coal Geology., Jhon Wiley & Sons, LTD., England



Tidak ada komentar:

Posting Komentar