Sabtu, 20 Oktober 2012

Harus Sedihkah Saya ?

Kadang saya suka bertanya pada diri sendiri.
Harus sedihkah saya memiliki keluarga dengan kondisi sederhana?
Harus sedihkah saya berjalan kaki atau menaiki bis, sedangkan di luar sana teman-teman saya menaiki motor atau mobilnya?
Harus sedihkah saya memiliki rumah dan kamar yang sederhana, sedangkan di luar sana teman-teman saya memiliki rumah mewah dan bertingkat?
Harus sedihkah saya duduk di warung kecil, sedangkan di luar sana teman-teman saya di sebuah cafe sambil menikmati secangkir cokelat hangat?
Harus sedihkah saya hanya menggendong tas dari sebuah swalayan kecil, sedangkan di luar sana teman-teman saya menenteng tas belanjaan dari sebuah mall besar?
Harus sedihkah saya yang berada di kamar kos yang sempit dengan kipas angis kecil, sedangkan di luar sana teman-teman saya berada di kamar kos yang luas sambil menikmati udara sejuk AC di siang hari?
Harus sedihkah saya?

Pertanyaan-pertanyaan itu sering muncul di benak saya. Mengapa Allah SWT tidak menciptakan manusia dengan derajat yang sama? Minimal dengan keadaan sosial yang sama. Mengapa harus ada kata "kaya dan miskin" di dunia ini?

Kadang saya berpikir, apakah saya seorang gadis yang baru berumur 23 pantas untuk duduk bersedih hati merasakan keadaan itu semua? Teman-teman menaiki motor atau mobil ber-AC sedangkan saya berjalan kaki atau menaiki bis. Jujur saya bertanya-tanya pada diri sendiri.

Tapi apakah benar dengan bersedih hati semuanya selesai? Apakah dengan bersedih hati semua keadaan menjadi terbalik dan sesuai keinginan saya? Apakah hanya melihat dan merendahkan diri sendiri semua akan menyenangkan?

Well, Alhamdulillah saya sudah semakin dewasa. Saya tidak pernah merasa bersedih hati atau iri dengan semua yang ada pada diri dan keluarga saya. Saya bersyukur Allah SWT memberikan saya kecerdasan yang bisa saya manfaatkan untuk memperoleh itu semua. Allah SWT memberikan saya banyak kesempatan yang tidak diperoleh anak-anak yang punya fasilitas mewah itu. Allah SWT memberikan saya inner beauty sehingga semua orang sangat menghargai saya tanpa memandang status sosial dan ekonomi. Saya merasa menjadi orang yang sangat beruntung di dunia ini. Saya percaya, Allah SWT memberikan ujian dan tempaan hidup karena Dia menganggap saya spesial di mata-Nya.

Bersakit-sakit dahulu, bersenang-senang kemudian. Itu yang menjadi mindset dalam hidup saya. Tidak perlu merasa putus asa, miner, apalagi iri dengan keadaan yang terbatas. Jika ingin berusaha dan berdoa, pasti ada jalan. Kesuksesan yang diperoleh dari keprihatinan akan menorehkan cerita hidup sepanjang masa. Lebih berwarna. Orang sukses yang berangkat dari keprihatinan biasanya memiliki toleransi yang tinggi, memiliki sifat perasa yang jauh lebih peka. Mengapa? Karena mereka pernah berada di posisi seperti itu.

Kadang saya berpikir, semua yang saya punya ini adalah rezeki dari Allah. Mereka yang hidup berlebihan atau berkekurangan pun pasti memiliki rejekinya masing-masing. Tapi kenapa harus ada istilah kaya dan miskin di dunia ini? Kenapa harus ada istilah atas dan bawah di dunia ini? Bukannya semua manusia itu sama di mata Allah SWT? Kalau begitu, kenapa manusia harus diciptakan dalam kondisi hidup yang berbeda?


21 Oktober 2012
Niera Kost
05:00

Tidak ada komentar:

Posting Komentar