Senin, 15 Oktober 2012

Pesan Singkat

Pagi tadi ketika saya sedang membuat slide presentasi untuk mengajar di SMAN 6 Yogyakarta, tiba-tiba ada pesan singkat masuk. Agak terkejut, karena beberapa waktu ini telepon genggam saya cukup vakum. Jarang berdering. Ketika itu saya meraih telepon genggam saya yang berada cukup jauh dari tempat saya membuat presentasi. Sekilas saya membaca pengirim pesan singkat tersebut. Bukan seseorang yang baru bagi saya. Beliau adalah salah satu orang yang sangat saya hargai. "Sudah seperti bapak saya sendiri", begitu singkat cerita mengenai pengirim singkat tersebut. Seketika itu saya membaca pesan singkat tersebut. Cukup kaget ketika saya membacanya antara sedih dan terharu menjadi satu. Kata demi kata disusun menjadi satu, sehingga menghasilkan padanan kalimat yang sangat indah. Beginilah kurang lebih isi pesan singkat tersebut

Tak ada kesulitan yang dapat dipecahkan oleh ketekunan

Tak ada batu keras yang dapat dipecahkan oleh kesabaran

Tak ada musuh yang dapat ditaklukan oleh cinta

Tak ada penyakit yang dapat disembuhkan oleh kasih sayang

Tak ada permusuhan yang dapat dimaafkan oleh ketulusan

Selamat belajar

Seketika itu juga pikiranku menjadi tidak terkonsentrasi dengan slide yang sedang saya buat. Ingin membalas, tapi bingung harus membalas apa. Bolak-balik saya mengetik satu kata, kemudian saya hapus. Ketik lagi, hapus lagi. Begitu seterusnya. Saat itu juga, saya meletakkan telepon genggam di dekat komputer saya. Mata saya selalu tertuju pada telepon genggam tersebut. Tapi tetap saja, kebingungan tidak pernah hilang dari pikiran saya. Waktu sudah menunjukkan pukul 09.00 WIB dan saya harus mengajar setengah jam lagi. Saya pun menunda untuk membalas pesan singkat tersebut.

Akhir-akhir ini saya jarang sekali membuka telepon genggam. Tapi siang hari tadi, setelah sholat dzuhur saya teringat akan pesan singkat tersebut. Saya masih menunda untuk membalas pesan singkatnya. Dan akhirnya saya balas seadanya. Begini kiranya isi balasan pesan singkat tersebut.

Iya, Bapak. Amin. Terimakasih banyak.

Terkirim. Setelah saya tunggu ternyata tidak ada balasan lagi.

"Bapak, terimakasih untuk perhatiannya. Mungkin saat ini kami masih mencari jati diri. Mungkin saat ini saya melukai. Mungkin saat ini kami masih labil. Tapi percayalah, tidak ada kebahagiaan selain bisa membahagiakan orang tua. Anak mana yang tidak bahagia ketika bisa membuat orang tuanya terharu karena bangga."

Senin, 15 Oktober 2012
18:20


Tidak ada komentar:

Posting Komentar