Rabu, 17 Oktober 2012

Yudisium dan Segala Ceritanya

Lelah. Itulah gambaran keadaan saya hari ini. Betapa ribetnya mengurus Yudisium untuk mendapatkan gelar Sarjana Teknik. "Masuknya susah, keluarnya juga susah". Kalimat tersebut benar adanya. Banyak masyarakat yang bilang, jika ingin jadi mahasiswa UGM itu masuknya susah, nanti untuk keluarnya juga susah. Dan sekarang ini saya merasakannya secara langsung. Setelah sidang, evaluasi untuk perbaikan skripsi menumpuk. Ditambah lagi urusan administrasi yudisium. Jika dilihat ada 17 poin yang harus dipenuhi. Tapi dari ke-17 poin tersebut, tanda tangan lah yang paling sukar.

Dosen di Teknik Geologi UGM bukanlah dosen yang menetap ada setiap saat di kampus. Tapi dosen kami semuanya adalah orang yang mobile. Susahnya minta ampun untuk ditemui. Alhasil dari pagi jam 9 sampe jam 4 sore tadi saya dan sahabat saya, menyelesaikan urusan untuk yudisium. Lika-liku ceritanya sangat panjang, mulai dari membuat naskah publikasi kemudian harus di-burn dalam sebuah CD. Formatnya harus sesuai dengan ketentuan. Dan yang membuat kami tambah sulit adalah tingkat keprofesionalitas dari karyawan di Teknik Geologi bisa diacungkan jempol. Saking baiknya kinerja mereka, sehingga kami semakin sulit untuk "kongkalikong". Dalam artian, jika ada format yang salah sedikit, mereka tidak mau menerimanya. Alhasil tadi saya bolak-balik kampus - imagi- kampus - imagi. Luar biasa sekali hari ini. 

Bukan hanya energi yang terkuras, uang pun terkuras banyak. Ya Allah, pengeluaran bulan ini Subhanallah banget. Bener-bener deh, ngelus dada. Mau minta orang tua tidak enak hati. Alhasil puter otak biar semuanya cukup untuk yang namanya WISUDA. Ada rejeki honor asisten bukan untuk belanja baju, sepatu, atau tas, tapi buat bayar wisuda. Mungkin untuk beberapa mahasiswa, hal tersebut bukanlah menjadi beban. Tinggal minta orang tua mereka, pasti langsung di-transfer. Tapi tidak untuk saya. Dalam sebulan saya dikasih uang saku pada tanggal muda. Sampai berganti bulan, saya tidak pernah minta. Dan sekarang untuk mengurus yudisium bukan hanya mengorbankan tenaga, pikiran, tetapi juga uang. 

Terkadang kesel sama diri sendiri. Sudah Sarjana Teknik masih saja minta uang ke orang tua. Malu. Belum bisa menghasilkan. Setiap awal bulan dikirim uang. Terus kapan bisa menghasilkan. Kapan bisa membalas dengan men-transfer untuk kebutuhan orang tua setiap bulan. Tapi saya yakin, rejeki itu selalu ada dari-Nya. Lewat mana saja, melalui perantara apapun. 

17 Oktober 2012
20:14


Tidak ada komentar:

Posting Komentar